Senin, 02 April 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


                Hari ini sungguh hari yang penuh pelajaran buatku. Kenapa? Hmm, dimulai darimana ya enaknya ini cerita. Oke, aku coba secara kronologis ngawur sajalah:
                Tadi pagi, seperti biasa shubuhan di masjid dekat kosan. Yang gak biasa, entah kenapa pagi ini begitu dingin dan rasa ingin tidur kembali sangat menggoda jiwa. Ditambah lagi malamnya tidurku agak larut gara-gara ada tugas PTI B yang payahnya sampai sekarang pun belum bisa aku kerjakan, padahal dikumpulkan besok-,-
                Karena tidur lagi, jadinya aku bangun jam 06.00. Setelah beberapa rutinitas pagi yang aku perhitungkan akan selesai jam 06.45, ternyata ada masalah. Tinggal satu rutinitas (gosok gigi)tapi tak bisa kulakukan dengan cepat, karena kamar mandi lagi dipakai. Akhirnya semua baru beres saat jam 07.00. Padahal kuliah pun dimulai jam segitu dan ruangannya ada di lantai 3 yang harus ditempuh dengan tangga. Dan, tanpa babibu, langsung aja kuambil sepeda terus meluncur ke kampus.
                 Gak telat sih, tapi seorang ada teman bilang,”Kamu gak mandi Her?”
 Lah, aku emang gini-gini aja, tapi agak males juga lah. Berasa sia-sia aja mandiku tadi, tau gitu mendin gak usah mandi sekalian. Cukup gosok gigi aja. Langsung aja aku bilang,”Weh, mandilah. Wangi sabun N*vo cool nih.” “Haha, iya-iya Her. Abisnya mukamu tuh lo wkwkwkwk.” Karena penasaran, aku ke toilet(atau toalet?). Tak liat, yaaaah, pantes aja, orang muka masih ngantuk dan sayu gini. Pelajaran pertama, jangan tidur sehabis shubuh. Selain beresiko telat, gak sehat, juga bisa dikira gak mandi.
                Yap, dimulailah kuliah pertamaku. Kimia Dasar hahaha. Gak usah diceritain lah, yang penting aku sebagai mahasiswa yang baik tetap dengan setia memperhatikan Pak DosenJ. Selesai  kuliah ini, ada kuliah KPIP(Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan). Tapi ada juga yang bilang kepanjangannya “Kuliah Penghancur Indeks Prestasi” wkwkwkwkwk.  
                Aku dibuat puyeng sekaligus ketawa geli dengan konsep quantum mechanics, juga dengan permisalan-permisalannya.  Mekanika kuantum mengatakan bahwa sebenarnya jika kita mengamati suatu objek, ada interaksi antara pengamat dengan objek yang diamati. Bahwa pada pengamatan mustahil didapat suatu hasil pengamatan yang objektif. Contoh, jika ada suatu partikel yang dilemparkan melewati 5 celah, sebenarnya partikel itu melewati semuanya. Dan saat kita mengamati salah satu celah dan partikel itu ada dicelah yang kita amati, sebenarnya itu karena kita mengamati celah itu(Gak mudeng? Banyak temennya kok). Terus ada yang tanya,”Pak, kalo gitu hukum kekekalan massa gak kepake dong?” Pak Dosen pun menjawab dengan keren,”Ini mekanika kuantum, bukan mekanika klasik.” Wah, keren lah. Terus aku gantian yang tanya,”Jadi, jika kita mengamati semua celah, akan ada 5 partikel secara bersamaan Pak?” Jawabannya aku gak terlalu mudeng(hahaha) , tapi kurang lebih gini. Pada mekanika kuantum,terdapat dualisme sifat materi sebagai patikel dan gelombang. Jadi, pecahnya mereka itu karena mereka bersifat gelombang dan berinterferensi(CMIIW).
                Yaaah, aku manggut-manggut aja. Cuma sekarang aku jadi mikir, jangan-jangan ini yang mendasari pemikiran para saintis tentang konsep multi-universe. Seperti yang aku baca dibuku “Grand Design” tulisan Stephen Hawking, bahwa dunia ini jika mengikuti konsep mekanika kuantum harusnya ada dunia lain. Universe lain.
                Hanya sayangnya, jika  dengan pengetahuan ini semakin membuatku beriman, dia justru sebaliknya. Pak Hawking bertanya,”Jika hukum-hukum fisika sudah dapat mengatur alam semesta, buat apa pula ada Tuhan?”  Kalo aku,”Bukankah ini membuktikan bahwa ada Yang menciptakan dan Mengatur hukum-hukum itu?”
                Dan lagi, berdasar yang aku baca dari buku “Matematika Alam Semesta” karya Arifin Muftie(seniorku lho ini hehehe), konsep multi-universe sebenarnya telah tersirat dalam Al-Qur’an. Bukankah Rabbul ‘Alamin secara harfiah berarti Tuhan Banyak Alam?
Kembali ke kuliah KPIP-ku. Dosenku lalu menampilkan slide yang berisi komentar dari Pak Richard Feynmann- “I can safely say that nobody understands quantum mechanics. …Do not keep saying to yourself, ‘But how can it be like that?’… Nobody knows how it can be like that.” Jika suatu hukum fisika saja kasarannya cukup dipercayai, bagaimana pula dengan Allah SWT? Nah, ini memberikanku satu pelajaran lagi. Pelajaran kedua, jangan pernah memikirkan Dzat dan Eksistensi Tuhan. Cukup percayai saja, karena ini tentang iman. Dan sepertinya ini cukup bisa membuat Pak Hawking berpikir ulang, aku harap.
Terus yang bikin ketawa lagi, perumpamaan-perumpamaan yang dibuat Pak Dosen. Jika tikus klasik saat mengambil keju dia hanya menempuh satu jalan, maka tikus kuantum akan menempuh segala jalan yang mungkin, sebagai konsekuensi dari Hukum Ketidakpastian Heisenberg. Temenku yang tanya tadi langsung nyeletuk,”Kalo nangkep tikus kuantum gimana caranya?” Untung Pak Dosen gak denger pertanyaan “keren” itu -_-
Kelar kuliah, aku langsung pengen pulang. Aku rogoh sakuku buat cari kunci sepeda . Namun, jengjeng, dia tidak ada. Aku tetap stay cool(di luarnya). Apalagi semua kunci, dari kunci kos, sepeda, sampai pemotong kuku jadi satu. Liat di toilet(toalet?) gak ada, ke kelas yang tadi, juga gak ada. Harapan terakhir, ke CS. Tanya, juga gak ada. Waduh, alamat suram nih.
                Dengan langkah gontai, aku hampiri sepedaku. Dan Alhamdulillah, Allahuakbar! Kunciku masih nggantung di sana. Who, lega banget rasanya. Sueneng banget, gak jadi suram hehehe. Gini aku jadi inget pembahasan waktu mentoring kemarin, bahwa manusia, al insan, dari kata bahasa arab berakar kata dari pelupa. Jadi pelupa emang tempatnya lupa. Dan rasa lega ini, mengajarkanku jika begini saja sudah senang, gimana ya leganya kalo nanti di akhirat terbukti gak masuk neraka. Wow, betapa leganya!
Dan jika sepeda dan kunci-kunciku sampai ilang karena keteledoranku yang tak disengaja itu, betapa menyesalnya aku. Lalu bagaimana jika aku masuk neraka yang semua itu karena aku tidak mengindahkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya? Padahal sebabnya bukan keteledoran melainkan kesengajaan dalam pembangkangan? Tentu rasa sesal itu akan tak terbayangkan, ditambah lagi abadi. Na’udzubillah….
                  Yup, itulah hal-hal yang memberiku pelajaran berharga hari ini. Wallahu’alam J

0 komentar:

Posting Komentar