Senin, 02 April 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under :

             Alhamdulillah, buletin IMAM FTMD udah bisa terbit. Saya sebagai salah satu tim redaksi akan memposting edisi pertamanya, yang kebetulan tulisan saya juga hehehe. Yaah, meski udah agak lama, gak papa deh. Mangga...
                                                                     TENTANG CINTA
            Assalammu’alaykum, Segala puji bagi Allah Ta’ala, Tuhan Semesta Alam dan tiada sekutu bagi-Nya. Yang mana dari-Nya segala cinta, dan kita pun akan kembali pada-Nya. Tidak lupa shalawat dan salam bagi kekasih Allah, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti ajarannya hingga hari kiamat kelak.
            Masih hangat sepertinya pembicaraan yang “katanya” tentang hari kasih sayang (baca:valentine). Tapi sekarang kita tidak sedang ingin mengomentari tentang valentine itu sendiri. Kita akan mencoba menelaah sesuatu yang sering didengung-dengungkan saat valentine. Yang kata orang bisa bikin orang gak doyan makan kecuali laper dan gak bisa tidur kecuali ngantuk. Yap, apalagi kalau bukan cinta?
            Wah, cinta? Mulai menarik nih kayaknya. Hmm, kita awali dari definisinya saja dulu. Apakah cinta itu seperti kata si Pat Kai dalam kera sakti,”penderitaan tiada akhir”?  Atau menurut orang jawa, sesuatu yang hadir karena terbiasa. Witing tresna jalaran saka kulina, begitu bahasa aslinya.
            Namun, dengan definisi-definisi yang sering kita dengar itu tidakkah kita merasa aneh? Kita merasakan seolah arti cinta telah terbatasi, terutama di kalangan remaja dan pemuda. Bahkan lebih miris lagi, artinya selain dipersempit juga terdistorsi sebagai ungkapan yang diselimuti dengan nafsu dan syahwat. Keanggungan cinta telah luntur, dan cinta pun sekedar menjadi kata benda, sebuah barang dagangan yang murah. Bukan lagi sebuah kata kerja yang mana dengannya terlahir perbuatan-perbuatan besar dalam berkontribusi untuk membangun peradaban umat manusia.
            Bukankah dengan cinta seorang manusia lahir? Dan dengan cinta pula Hukum Newton, Relativitas Einstein, terciptanya pesawat, dan segala kemajuan di bidang ilmu pengetahuan terjadi?
            Itu baru tataran manusia yang cinta terhadap ilmu pengetahuan, dan boleh jadi pula mereka buta akan Islam. Lalu bagaimana kita sebagai umat Islam memaknai cinta? Bagi seorang muslim, dalam bahasa yang mudah, cinta hanya boleh dipersembahkan mutlak kepada Sang Maha Cinta, lalu cinta-cinta yang lainnya adalah konsekuensi dan sarana untuk memperkuat cintanya pada Tuhannnya saja. Sangat simpel namun luas. Dan ini bukanlah sebuah cinta buta yang hanya akan melahirkan penyesalan dan pembodohan.
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).  (Qs. Al Baqarah:165)
            “Katakanlah(Muhammad): Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku. Niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(Qs ‘Ali Imran:31)
            Ada sebuah teladan yang indah pada diri Rasulullah dan shahabat-shahabatnya. Jikalau Rasul terlalu sempurna, baik kita telaah cinta dari sudut pandang seorang Abu Bakar. Dalam perang Tabuk, seruan jihad harta disambut ‘Umar dengan segera. Saat Rasulullah bertanya berapa yang ia tinggalkan untuk keluarga, ‘Umar mengatakan,”Sebanyak yang aku serahkan pada Allah dan Rasulnya.” Tapi betapa tercenung ia saat hal yang sama ditanyakan pada Abu Bakar, ia menjawab,”Cukuplah Allah dan Rasulnya yang aku tinggalkan untuk keluargaku!”. Sebuah kisah yang tentunya akan membuat kita malu jika masih saja terjebak dalam pengertian cinta yang cengeng dan tidak terbuktikan.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.  (Qs. Al Anfal:2)
            Bukan berarti saya mengharuskan bisa sepadan dengan mereka. Bukan, itu akan cukup sulit. Karena mentor mereka, seseorang yang mentarbiyah mereka, adalah manusia paling hebat sepanjang masa, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan, bukan itu. Saya hanya ingin kalian bisa lebih mencintai dengan lebih logis. Karena cinta adalah sebuah energi yang tak ada habisnya, maka biarkan ia menemukan muaranya terhadap sesuatu yang besar. Agar darinya terlahir pula hal-hal yang agung. Dan akhirnya, agar cinta berbuah surga.
            Demikian luas dan hebat arti cinta, maka jangan kita persempit. Kalau ingin lebih banyak tahu tentang cinta, saya sarankan baca buku karya Akhi Salim A. Fillah,”Jalan Cinta Para Pejuang”. Di situlah kalian akan tahu bagaimana cinta itu membangun, bukan meruntuhkan. Menguatkan, bukan melemahkan. Menguntungkan, tidak merugikan. Menghidupkan, bukan mematikan. Memajukan, bukan memundurkan.
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ’Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (Qs. Ar Ra’d:2)
            Sekian tulisan yang ringan ini. Bila ada manfaatnya, mari kita ambil sebagai tambahan amal shalih. Namun jika terdapat kesalahan, tinggalkan jauh-jauh agar pundi-pundi dosa saya tidak bertambah. Sesungguhnya cinta sejati hanyalah cinta karena Allah Ta’ala.

0 komentar:

Posting Komentar