Selasa, 08 Januari 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


                Pagi yang indah, di hari yang cerah, di rumah yang selalu membuat senyumku merekah. Eh, tapi bukan ini yang akan ceritakan kawan-kawan. Aku akan bercerita tentang film yang aku tonton tadi malam. Film itu berjudul “Habibie dan Ainun”.

                Awalnya, akan kuceritakan dulu kenapa aku bisa menontonnya. Ketika dalam suatu rakor(yang lagi-lagi aku gabut :P) kawan-kawan mengajak menonton film. Dan salah seorang kawan yang kelihatan sangat anti-nangis berkata bahwa dia pun sampai menitikkan air mata. Wah, jadi tertantang dong aku. Benarkah sebagus itu filmnya? Dan akhirnya, dengan modal utang dan nebeng, sampailah aku di dalam ruangan bioskop di kota asal.

                Aku menonton film itu. Memang bagus, apalagi untuk ukuran film Indonesia yang kebanyakan isinya cuma film horror yang jadi film komedi atau film komedi yang berubah jadi film porno. Satu lagi, itu film senior saya yang jadi tokoh utama hehe. Seperti perkataan Pak Habibie saat ditanya ambil jurusan apa di Jerman dan beliau jawab,” Mesin Pak.” Mesin apa? “Mesin jahit, eh mesin pesawat hahahaha”. Yaaah, klaim-klaim deket deh. Minimal nanti satu almamater hehehe.


                Kembali pada hal yang membuatku menonton film ini-tantangan nangis atau enggak. Dan sayangnya, aku tidak menitikkan satu air mata pun meski yang lain bocor juga. TAPI ADA SATU BAGIAN YANG PALING MENGHARUKAN MENURUTKKU. SEGALA EMOSIKU BERGABUNG JADI SATU. KEBANGGAAN, SEDIH, MARAH, MENYESAL, DAN BENCI BERGABUNG MENJADI SATU.
Loe gak bangga sama pesawat ini dan malah bangga sama boyband? Parah dah

                Yaitu pada adegan Pak Habibie akan turun dan sebelumnya “menjenguk” pesawat impiannya, N-250. Kebanggaan karena pesawat berhasil terbang, meski itu adalah penerbangan perdananya. Sedih, karena pesawat ini harus dihentikan produksinya. Marah, karena kondisi negara ini tak bisa membedakan mana teknologi, mana politik, dan mana korupsi!! Menyesal, karena ada yang meremehkan kemampuannya. Dan benci, melihat betapa suap dan kolusi begitu kental di negeri ini.

 Sebuah pesawat rancangan asli anak bangsa 100%!! Silahkan dibaca di Wikipedia tentang pesawat ini dan tonton filmnya untuk tahu bagaimana hancurnya perasaan Pak Habibie melihat mahakarya anak bangsa terbengkalai hanya karena urusan politik-luar dan dalam negeri sendiri. Bagaimana beliau begitu visioner dalam mengembangkan pesawat tercanggih di kelasnya pada masa itu. Beliau membuat pesawat ini dengan pertimbangan kondisi alam negeri ini dan kesiapan para ahli serta keuangan pada masa itu. Sebuah pesawat yang sayangnya dicibir oleh rakyat kita sendiri. Sayangnya.    


Dari film itu, aku jadi tahu memang penyakit kita dari dulu sebagai orang Indonesia itu adalah lebay. Dan mungkin ini juga yang menjadikan anak muda kita menjadi alay-alay yang bergentayangan dengan boyband dan sifat mahonya-bukannya belajar dan berkarya. Atau karena para anak mudanya alay maka menjadikan mereka saat dewasa lebay? Entahlah.

Kenapa aku bisa sebut lebay? Karena kita jika sedang pesimis, maka akan jadi yang terlalu pesimis. Dan jika sedang jadi bangsa yang optimis, maka optimisnya tak mengindahkan peraturan dan keselamatan diri. Kok bisa?

Lihat saja apa komentar orang-orang di dekat kawan semua(atau kita juga) saat menyambut pesawat bikinan anak bangsa itu. Atau senjata pada masa 80 dan 90-an. Pasti kebanyakan akan mencibir dan salah satunya adalah komentar bahwa pesawat kita itu hanya ditukar beras ketan dari Thailand. Oke lah, mungkin jika kita llihat pesawat itu tak ada apa-apanya dibanding pesawat-pesawat canggih dengan mesin jet buatan Amerika atau Rusia. Tapi menurutku tidak ada yang salah dengan itu, karena sarana pendukung dan kebutuhan kita memang mengharuskan yang seperti itu. Dan asal diingat, Pak Habibie sudah pada kapasitasnya untuk membuat pesawat. Karena beliau adalah  professor yang menemukan teori keretakan sayap pesawat, dan kejeniusannya diakui oleh Jerman. Seandainya bukan karena rasa cintanya pada negeri ini, tentu sudah banyak perusahan pesawat luar negeri yang bersedia memberikan jutaan dollar untuk membiayai risetnya. Lah kita? Kita adalah makhluk yang tak bisa menghargainya dan hanya bisa mengomentari.

Namun ketika kebangkitan menjadi tagline bangsa ini, kita pun kebablasan dalam menyikapinya. Ada sebuah mobil yang diklaim buatan dalam negeri, 100%. Ternyata setelah diteliti sebenarnya tidak begitu. Dan akhirnya, untuk sekedar lulus uji emisi pun gagal. Dan yang terakhir, sebuah mobil listrik yang katanya sudah diruwat(what???? Mobil diruwat???? Ckckckckck) pun akhirnya juga mengalami kecelakaan. Terlampau optimis menurutku, dan sungguh tak adil kita ini. Ketika seorang ahli pada bidangnya membuat mahakarya kita menghina, dan ketika-yaaaaah lanjutkan sendiri kalimatnya, gak enak aku menyelesaikannya. Sebuah teknologi itu butuh riset, dan itu tidak mudah, juga tidak murah. Tapi yang pasti akan lebih bermanfaat daripada mengurusi perut para politikus hehe.

Memang ada beberapa bagian film yang kurang riset detail. Seperti pajangan pesawat yang ada di meja kerja Pak Habibie yang pesawat-pesawat itu menurut sepengetahuanku belum diproduksi pada masa itu. Namun, yang paling fail adalah penampakan chocolatos. Yah, chocolatos. You don’t say!!!! Hahahaha.


But overall, film ini sungguh layak untuk dibanggakan untuk kelas film dalam negeri. :)

MAJULAH INDUSTRI STRATEGIS DALAM NEGERI!!!!!    

0 komentar:

Posting Komentar