Pagi yang indah, di hari yang
cerah, di rumah yang selalu membuat senyumku merekah. Eh, tapi bukan ini yang
akan ceritakan kawan-kawan. Aku akan bercerita tentang film yang aku tonton
tadi malam. Film itu berjudul “Habibie dan Ainun”.
Awalnya, akan kuceritakan dulu
kenapa aku bisa menontonnya. Ketika dalam suatu rakor(yang lagi-lagi aku gabut
:P) kawan-kawan mengajak menonton film. Dan salah seorang kawan yang kelihatan
sangat anti-nangis berkata bahwa dia pun sampai menitikkan air mata. Wah, jadi
tertantang dong aku. Benarkah sebagus itu filmnya? Dan akhirnya, dengan modal
utang dan nebeng, sampailah aku di dalam ruangan bioskop di kota asal.
Aku menonton film itu. Memang
bagus, apalagi untuk ukuran film Indonesia yang kebanyakan isinya cuma film horror
yang jadi film komedi atau film komedi yang berubah jadi film porno. Satu lagi,
itu film senior saya yang jadi tokoh utama hehe. Seperti perkataan Pak Habibie
saat ditanya ambil jurusan apa di Jerman dan beliau jawab,” Mesin Pak.” Mesin
apa? “Mesin jahit, eh mesin pesawat hahahaha”. Yaaah, klaim-klaim deket deh.
Minimal nanti satu almamater hehehe.
Kembali pada hal yang membuatku
menonton film ini-tantangan nangis atau enggak. Dan sayangnya, aku tidak
menitikkan satu air mata pun meski yang lain bocor juga. TAPI ADA SATU BAGIAN
YANG PALING MENGHARUKAN MENURUTKKU. SEGALA EMOSIKU BERGABUNG JADI SATU.
KEBANGGAAN, SEDIH, MARAH, MENYESAL, DAN BENCI BERGABUNG MENJADI SATU.
Loe gak bangga sama pesawat ini dan malah bangga sama boyband? Parah dah |
Yaitu pada adegan Pak Habibie
akan turun dan sebelumnya “menjenguk” pesawat impiannya, N-250. Kebanggaan karena
pesawat berhasil terbang, meski itu adalah penerbangan perdananya. Sedih,
karena pesawat ini harus dihentikan produksinya. Marah, karena kondisi negara
ini tak bisa membedakan mana teknologi, mana politik, dan mana korupsi!! Menyesal,
karena ada yang meremehkan kemampuannya. Dan benci, melihat betapa suap dan
kolusi begitu kental di negeri ini.
Sebuah pesawat rancangan asli anak bangsa
100%!! Silahkan dibaca di Wikipedia tentang pesawat ini dan tonton filmnya
untuk tahu bagaimana hancurnya perasaan Pak Habibie melihat mahakarya anak
bangsa terbengkalai hanya karena urusan politik-luar dan dalam negeri sendiri. Bagaimana
beliau begitu visioner dalam mengembangkan pesawat tercanggih di kelasnya pada
masa itu. Beliau membuat pesawat ini dengan pertimbangan kondisi alam negeri
ini dan kesiapan para ahli serta keuangan pada masa itu. Sebuah pesawat yang sayangnya
dicibir oleh rakyat kita sendiri. Sayangnya.
Dari
film itu, aku jadi tahu memang penyakit kita dari dulu sebagai orang Indonesia
itu adalah lebay. Dan mungkin ini juga yang menjadikan anak muda kita menjadi
alay-alay yang bergentayangan dengan boyband dan sifat mahonya-bukannya belajar dan berkarya. Atau karena para anak
mudanya alay maka menjadikan mereka saat dewasa lebay? Entahlah.
Kenapa
aku bisa sebut lebay? Karena kita jika sedang pesimis, maka akan jadi yang
terlalu pesimis. Dan jika sedang jadi bangsa yang optimis, maka optimisnya tak
mengindahkan peraturan dan keselamatan diri. Kok bisa?
Lihat
saja apa komentar orang-orang di dekat kawan semua(atau kita juga) saat
menyambut pesawat bikinan anak bangsa itu. Atau senjata pada masa 80 dan 90-an.
Pasti kebanyakan akan mencibir dan salah satunya adalah komentar bahwa pesawat
kita itu hanya ditukar beras ketan dari Thailand. Oke lah, mungkin jika kita
llihat pesawat itu tak ada apa-apanya dibanding pesawat-pesawat canggih dengan
mesin jet buatan Amerika atau Rusia. Tapi menurutku tidak ada yang salah dengan
itu, karena sarana pendukung dan kebutuhan kita memang mengharuskan yang
seperti itu. Dan asal diingat, Pak Habibie sudah pada kapasitasnya untuk
membuat pesawat. Karena beliau adalah professor
yang menemukan teori keretakan sayap pesawat, dan kejeniusannya diakui oleh
Jerman. Seandainya bukan karena rasa cintanya pada negeri ini, tentu sudah
banyak perusahan pesawat luar negeri yang bersedia memberikan jutaan dollar
untuk membiayai risetnya. Lah kita? Kita adalah makhluk yang tak bisa
menghargainya dan hanya bisa mengomentari.
Namun
ketika kebangkitan menjadi tagline bangsa ini, kita pun kebablasan dalam
menyikapinya. Ada sebuah mobil yang diklaim buatan dalam negeri, 100%. Ternyata
setelah diteliti sebenarnya tidak begitu. Dan akhirnya, untuk sekedar lulus uji
emisi pun gagal. Dan yang terakhir, sebuah mobil listrik yang katanya sudah
diruwat(what???? Mobil diruwat???? Ckckckckck) pun akhirnya juga mengalami
kecelakaan. Terlampau optimis menurutku, dan sungguh tak adil kita ini. Ketika seorang
ahli pada bidangnya membuat mahakarya kita menghina, dan ketika-yaaaaah
lanjutkan sendiri kalimatnya, gak enak aku menyelesaikannya. Sebuah teknologi
itu butuh riset, dan itu tidak mudah, juga tidak murah. Tapi yang pasti akan
lebih bermanfaat daripada mengurusi perut para politikus hehe.
Memang
ada beberapa bagian film yang kurang riset detail. Seperti pajangan pesawat
yang ada di meja kerja Pak Habibie yang pesawat-pesawat itu menurut
sepengetahuanku belum diproduksi pada masa itu. Namun, yang paling fail adalah
penampakan chocolatos. Yah, chocolatos. You don’t say!!!! Hahahaha.
But
overall, film ini sungguh layak untuk dibanggakan untuk kelas film dalam
negeri. :)
MAJULAH
INDUSTRI STRATEGIS DALAM NEGERI!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar