Lagi-lagi
sebuah ironi. Ironi tentang (yang katanya) hukum, yang menghukum, dan yang
dihukumi. Sebuah cerita, yang akan mengusik sanubari. Jika ketulusan masih
terwujud di dalam hati.
Kata
orang hukum bisa dijual dan dibeli. Asal orang itu punya kuasa, bukan harga
diri. Dia lebih takut dicaci penduduk bumi, daripada laknat Ilahi. Atau bahkan
ia tak malu lagi? Meski sekedar terhadap public negeri ini?
Oke,
cukup bersajaknya hehehe. Aku mau cerita, curhat tepatnya. Tentang kegetiran
yang aku-juga banyak orang-rasakan. Ada dua kisah dan silahkan kawan semua membandingkannya.
Di
suatu negeri yang katanya kaya sekali, tersebutlah sedang terjadi parody politik.
Di mana parody ini dimulai ketika orang-orang yang tidak becus berusaha menjadi
pengurus negeri. Bermodalkan uang, kekuasaan, keturunan, atau yang terparah
tampang. Itu terbukti, ketika selebriti di negeri itu mulai memasuki bursa
wakil rakyat. Entahlah siapa sebenarnya yang diwakili. Namun yang lebih
entahlah, sebenarnya system pemerintahan apa yang dipakai di negeri itu. Yang aku
tahu sih sistemnya mahal, mandul, dan impoten dalam menghasilkan suatu
kemanfaatan.
Lalu
terjadilah dagelan politik itu. Seorang selebriti, yang sedang tersangkut kasus-apa
ya nyebutnya? Korupsi?-dan beritanya ramai di media. Media negeri itu. Dia menelikung
dana yang katanya sangat banyak. Banyaaaaaaak sekali. 32 milyar mata uang
negeri itu katanya.
Cerita
terus bergulir, hingga energy orang-orang negeri itu-pembesar dan
rakyatnya-habis untuk mengomentari dan mengurusi kasusnya bukannya untuk
membangun negeri yang makin hari makin terjerumus ke kondisi autopilot itu. Juga
kasus-kasus lainnya, misal tentang kisah bank penuh riba di negeri itu yang
katanya di korupsi. Sudah uangnya haram, di ambil dengan cara yang haram lagi --“.
Kembali
pada sang selebriti yang kita singgung di awal tadi. Proses peradilan(adil?)
berjalan begitu lama, juga melelahkan. Melampaui kejemuan dalam menonton opera
sabun di negeri itu yang judulnya “Tersandung”. Dan dari segitu banyak uang
yang(katanya) ditelikung, dia hanya (katanya)di kurung sekitar 4 tahun. Dan parahnya,
dia juga hanya (katanya)didenda 250 juta mata uang negeri itu. Tanpa harus
megembalikan uang yang ditelikung. Wat de hel??!!! Padahal kalo mau zakat,
kayaknya 250 juta aja masih kurang. Pantesan korupsi di negeri itu gak habis-habis,
orang dendanya aja bisa dirasain sebagai zakat profesi -,-!
Sekarang
kita lihat apa yang terjadi pada rakyat negeri itu. Bukan, aku tidak ingin membandingkan
dengan hukuman yang dialami pencuri ayam yang digebukin atau pencopet dompet
tak ada duitnya dibakar hidup-hidup. Terlalu sadis, dan terlalu mainstream. Karena
aku anti-mainstream :p
Eh,
balik lagi ke awal kisah. Cerita yang ingin kubagikan ini sungguh mengiris
hati. Aku pernah membaca koran. Koran negeri yang sama dengan negeri kisah yang
pertama. Kubaca, ada sebuah kasus pencurian. Dan entah kenapa, objek pencurian
tetaplah ayam. Kenapa ayam begitu mainstream hahaha.
Kemudian,
kasus itu pun dibawa ke (katanya) pengadilan di sana. Pengadilan yang berbelit-belit
dan menguras financial. Baik financial pelaku, korban, maupun Negara. Entahlah,
aku kurang paham hukum. Namun yang aku pahami, jika suatu proses hukum
membebani korban dengan biaya melebihi kerugiannya tentu ada sesuatu yang tidak
beres. Karena menurut wawancara di koran itu, biaya selama proses(katanya)peradilan
itu bisa digunakan buat membeli kambing. Tak simpulin ya, nih: LOE KECOLONGAN
AYAM, TERUS DIPROSES HUKUM, TAPI PAS DALAM PEMROSESAN ITU KAMU KELUAR DUIT YANG
BISA BUAT BELI KAMBING. DAN SEKALI LAGI, LOE YANG KECOLONGAN AYAM! Kalo gue
sih, mending gak usah proses hukum segala kalau tahu gitu. Itu kalau gue lho
bang hehehe.
Jadi
ironinya adalah: SEMAKIN BANYAK YANG KAU CURI, SEMAKIN CERIA DIRIMU. SEMAKIN
RENDAH TINGKAT EKONOMI DAN SOSIALMU SEMAKIN SUSAH DIRIMU DALAM PROSES HUKUM
MESKI KAU ADALAH KORBAN.
Anekdot
dari seorang kawan: HUKUM DI NEGERIKU SEPERTI MEMOTONG BAMBU-YANG SATU DIANGKAT
YANG SATUNYA DIINJAK :v
Kalian
pasti bertanya, bagaimana kondisi hukum di negerimu sendiri hai penulis tak
tahu diri??!! Sayangnya akan kujawab,”Tak jauh beda kawan :P”.
kisah2 di atas terinspirasi dari sini lho kawan2 hehehe
0 komentar:
Posting Komentar