Jumat, 06 September 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


                Hari ini aku ingin berbagi tentang pelajaran hidup yang aku dapat. Pelajaran ini kudapat, lagi-lagi dari dosenku yang hebat-hebat di Teknik Mesin ITB. Sebenarnya sudah kepikiran untuk membuat tulisan yang berisi kumpulan quote dosen-dosen Mesin ITB, tapi masih sedikit sih. Yah, mungkin sebulan lagi aku posting—InshaaAllah.

                Kembali ke tujuan awal tulisan. Tadi pagi, ketika kuliah Getaran Mekanik Dasar ternyata ada kawan yang terlambat masuk. Dosenku ini dengan sopan berkata,”Mas, Anda terlambat ya?” sontak aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang terlambat.

                “Eh, iya Pak,” kata temanku dengan sopan.

                “Wah Mas, ini sudah lebih dari 15 menit. Maaf ya Mas, Anda harus keluar,” kata dosenku lagi.

                “Baik Pak, maaf ya Pak saya sudah mengganggu kuliah,” kata temanku itu lagi.


                Dari sini aku belajar satu hal, bahwa tak perlu marah-marah untuk menyadarkan kesalahan orang lain. Coba kalau tadi beliau marah-marah dan berkata kasar, yang ada malah temanku itu tadi mendendam dan bisa benci sama itu dosen. Akhirnya jadi malas kuliah, bolos terus, dan tidak lulus mata kuliah ini. Kalau begini yang repot kan semua orang. Dengan mengingatkan kesalahan secara baik-baik justru temanku lebih cepat sadar dan bahkan ikhlas untuk keluar dari ruangan.

                “Saya di sini bukan hanya memberi kuliah kepada Anda semua. Saya juga seorang pendidik, otomatis saya juga harus mendidik Anda semua. Mendidik kamu agar nantinya kamu siap terjun ke lapangan. Bukannya sombong, tapi meski saya mengajar di sini saya juga sering turun ke lapangan dulunya. Sekarang saya sudah jarang karena asisten saya saja sudah bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan di industry. Baru ketika dia tidak bisa, saya turun langsung ke tengah lautan buat menyelidiki tingkat getaran pipa-pipa itu. Sehingga saya tahu, dari omongan orang di lapangan kelebihan anak ITB itu percaya diri dan kemampuannya memang tinggi. Namun kelemahannya itu suka tidak taat aturan dan susah bekerja dengan orang lain,” kata beliau panjang lebar. Aku pikir, asyiiiik, dapat sharing buat kerja nanti. Dan akhirnya keluar quote sakti beliau:

                “Sepintar apapun kamu, tapi kalau kamu tidak bisa bergaul dan tepat waktu: kamu gak ada gunanya.”

            Deg! Keras sekali teguran beliau. Dan teguran ini langsung menohok saya yang sering menyepelekan pentingnya tepat waktu. Bahkan saya tidak pernah terpikir bahwa ketidak tepatan waktu akan membuat seseorang tidak berguna.

                “Anak saya yang pertama sekarang juga lagi bekerja. Dia pernah mengeluh tidak tidur selama 4 hari. Ya memang begitu, di lapangan itu keras. Slumberg*r misalnya. Biasanya dia anak mama, rasain aja sekarang mesti gak tidur 4 hari. Mas, kamu bangsat!!(sambil nunjuk seorang kawan yang ada di kursi barisan depan)” kata beliau tiba-tiba. Tentu kami terkejut, kenapa kata-katanya kasar sekali. Beliau cepat-cepat menyambung.

                “Di lapangan itu mungkin saja kamu ini dimaki-maki sama klien. Itu sudah biasa, jadi nanti waktu training kamu juga sering dimaki-maki. Dan seringpula kamu dibuat tidak tidur seminggu, biar nanti kamu ini tidak shock kalau sudah kerja. Apalagi kalau kamu kerja di luar negeri, anak buah kamu ini gede-gede badannya. Dua meter, jempolnya aja segede kepala kamu(tawa kami semakin keras). Makanya dari sekarang jangan manja,” kata beliau, dan disambung dengan quote sakti beliau yang kedua:

            “Dalam hidup kamu tidak akan pernah selalu mendapat apa yang kamu inginkan.”

                Beliau berkata bahwa jika kita tidak menyadari hal di atas kita akan sulit bahagia.

                “Kamu itu jangan cuma jadi orang yang hanya melakukan apa yang disukai. Tapi cobalah untuk menjadi seseorang yang menyukai apa yang harus dilakukan. Kamu sukanya main game, lalu tiap hari cuma nge-game terus, ya game over hidup kamu. Mungkin kamu enggak suka kuliah ini, tapi kamu harus lulus. Ya sudah, jalani saja dengan senang hati. Jangan menggerutu. Ingat ya, jangan sekedar melakukan apa yang kamu sukai, tapi sukai juga apa yang harus kamu lakukan. Karena inilah hidup,” ah, teringatkan lagi pada kata-kata itu.

“Kamu ini katakanlah naksir sama Nikita Willy, apa iya kalau tidak dapat kamu bakal nunggu dia sampai tua? Jadi jomblo abadi? Kalian kan anak teknik, ya mikir dikit pakai otak lah. Misal nanti kalian maunya kerja di perusahaan minyak, tapi tidak diterima. Apa iya mau nganggur terus kalian? Atau misalnya kalian ternyata mau kerja di perusahaan lain, tapi bawaannya mengeluh terus. Percaya sama saya, orang seperti itu tak akan pernah bahagia. Mbok diterima dulu kerja di sana, cari pengalaman, semangat, nanti siapa tahu bisa buat pengalaman pas nglamar ke perusahaan minyak,” wah, malah nyinggung-nyinggung Nikita Willy -_-. Dan keluarlah quote sakti beliau yang ketiga:

                “Dalam hidup ini lebih banyak yang harus diperjuangkan daripada yang kamu nikmati.”

            “Contohnya nih, kamu pas makan nasi. Apa iya itu nasi tiba-tiba ada? Kan tidak to? Kalian perlu beli dulu, belinya perlu duit. Duitnya dicari dulu. Pas udah ada duit pun harus berjalan ke warung. Sekarang udah ada beras, sudah bisa dimakan? Belum, kalian mesti mencuci dulu berasnya, terus dimasak dan nunggu mateng. Baru pas mateng bisa dimakan. Selesai? Belum juga, kalian harus mencuci piring kan?” Wah, sungguh membuka kesadaran kata-kata beliau yang ini. Dan kata-kata beliau setelah inilah yang membuat kami terbahak-bahak.

                “Ini kan hidup di dunia, bukan di surga. Kalau di surga kalian bisa aja tinggal menikmati. Jadi ingat ya, ini dunia, bukan surga. Eh, tapi istri saya hidup sama saya sekarang lebih enak daripada di surga," aku berpikir, karena cintakah?

                “Soalnya kalau di surga kan kita minta apel, itu apel baru ada kan? Kalau istri saya pengen apa, sering saya bilang,’Lha, itu di kulkas sudah ada’. Jadi apelnya sudah ada bahkan sebelum dia minta hahaha,” kami tertawa semua. Tentu kami sadar ini hanyalah candaan beliau untuk mengurangi keseriusan kami, karena setelah itu kami kembali belajar Getaran Mekanik Dasar. Dan dosen saya tersebut adalah Kaprodi Teknik Mesin ITB, Prof. Dr. Ir. Zainal Abidin. Mesin angkatan 79, cerita tentang hebatnya beliau bisa dibaca di blog ini: http://gatotwid.wordpress.com/2013/05/14/zainal-abidin-anak-penjual-rempeyek-yang-jadi-profesor/

                Saya, sekali lagi bangga jadi mahasiswa beliau, dan mahasiswa dari dosen-dosen hebat di Teknik Mesin pada khususnya dan ITB pada umumnya. In Harmonia Progressio!

0 komentar:

Posting Komentar