Lagi-lagi mendapat pengalaman
berharga. Pengalaman yang akan sulit aku lupakan, di mana logika terkalahkan
oleh perasaan(lebay).
Beberapa hari lalu—tepatnya pada
tanggal 26 September—peristiwa ini terjadi. Saat itu, selesai mata kuliah Metrology
Industry di mana di kelas lebih banyak waktu yang kuhabiskan untuk menyelesaikan PR yang bahkan
belum satu huruf pun kugoreskan(jangan ditiru kawan-kawan) daripada
memperhatikan materi. PR ini terpaksa diselesaikan mepet waktu pengumpulan
karena kesibukan non-akademik bertemu manajemen waktuku yang cupu. Dan saat
itulah yang ada di otakku, setelah kelar kuliah dan mengumpulkan PR adalah
pulang untuk terkapar di atas kasur tercinta. Meski jam 11—2 jam lagi—ada
kuliah Hukum Perburuhan. Yaaah, aku pikir tak apalah sesekali tidak hadir demi
badan yang lebih sehat dan segar(cuma alibi haha). Apalagi nanti jam 4 sore aku ada praktikum metrology industry shift malam. Serem juga dong praktikum di bunker pas malam Jum'at dengan modal otak yang kosong dan kelelahan. FYI, di praktikum ini kami akan dipulangkan jika 5 nyawa saat Tes Awal habis atau menjatuhkan alat praktikum. Dan satu kelompok hanya terdiri 2 orang.
Namun dalam perjalanan pulang
seorang kawan dalam gerombolan pengumpul PR bertanya dalam bahasa jawa(sampai
bingung, kuliah di tanah Sunda ngomongnya jawa mulu -_-),”Eh Her, habis ini awakmu mau ke mana?”
“Balik
Om, tepar aing(sok sunda :P). Mblenyek-mblenyek nih badan ”
“Lah,
bolos kuliah berarti?”
“He
eh Om, sekali-kali. Emang ada apa gerangan?”
“Ya
kan aku tadi udah cerita adikku besok Sabtu ultah dan aku pengen ngasih hadiah
jilbab. Nah, masalahnya, temenku yang cewek yang tak kira bisa nemenin buat
beli malah gak bales. Gimana kalo kamu Bro yang mbantuin?”
“Heh???!!!(Dalam
pikiranku, ya kali bolos kuliah buat nemenin cowok beli jilbab -_-a) Waduh Om,
yang bener aja.”
“Darurat
ini, ayolaaaaaah. Tapi ya gak papa deh kalo mau balik.”
“He
eh, sorry ya Bro, ngantuk nih. Sorry banget lho,” kataku gak enak.
“Woles,
woleeeees (y).”
Lalu, setelah 5 langkah aku
teringat kata-kata di film “3 Idiots” tentang “Kamu memiliki banyak ujian dalam
masa kuliahmu, namun kamu hanya memiliki seorang ayah” waktu dilemma si Raju
mau nungguin ayahnya atau ikut ujian. Dalam kasusku,”Kamu punya banyak waktu
buat tidur, tapi cuma sekali waktu buat nemenin kawanmu beli jilbab”. Kedua,
aku kagum pada perhatiannya pada sang adik. Kalo hadiah ini buat pacarnya, gak
akan aku pertimbangkan. Ketiga, hadiahnya adalah jilbab. Bermanfaat sekali,
bukan yang aneh-aneh. Dan terakhir, pengen lihat toko yang jualan jilbab bagus
itu kayak apa isinya siapa tahu nanti beliin “seseorang” hehehe.
“Eh Bro Bro, ane anterin deh.
Yook, tidur bisa dipending lah.”
“Weh, bener nih. Sip-sip, suwun Her,” jawab dia.
Singkat cerita, sampailah kami
di toko Rabb*ni. Itu tuh yang deket Unpad, sayang Unpad yang ini isinya
magister hahaha. Waktu nyampe, beuh, udah ciut nyali ini hati. “Bro Bro, balik
aja yok. Salah habitat dan salah armor ini,” bisikku. “Halah, santai Bro,
tanggung nih udah nyampek,” jawabnya sok cool. Dan berjalanlah kami menuju
pintu masuk. Masih berjarak 5 meter dari pintunya, bahkan sebelum nginjak
lantai keramiknya itu pintu sudah terbuka.
“Wah,
sensornya canggih nih,” komentarku.
“Bukan
canggih, jangkauannya aja yang diperlebar Bro,” koreksi kawanku itu.
“Assalamualaykum.
Maaf Mas, mau cari siapa?” tanya pak satpam mengagetkan kami.
“Wa’alaykumsalam,
eh Pak, harus resevasi dulu ya?” tanyaku.
“Ada
acara ya Pak?” tanya kawanku.
“Lho,
Mas-Mas ini bukan karyawan ya?” tanya pak satpam lagi. Asem, dipikir kami
karyawan teknisi karena ngomongin sensor kali ya. Mana temenku pake jaket
himpunan lagi -_-
“Eh,
bukan Pak. Kami mau, eh ***(nama kawanku), kita mau ngapain?” mulai bodoh.
“Gini
Pak, kami mau cari-cari jilbab.”
“Oh,
saya kira karyawan. Mari Mas, tasnya dititipin dulu di loker.”
Akhirnya, terbebas dari halangan
pertama. Dan langsung masuk. Wih, adem AC-nya hahaha. Selain itu, aku bingung
dengan apa yang akan kami lakukan.
“Eh,
cari yang kayak gimana ***?” tanyaku.
“Yang
segiempat, kainnya kayak wol, terus lebar, motifnya yang bagus,” jawabnya. Wah,
ini anak udah nge-tag. Alamat cepet ini. Tapi, semua itu salah…
Mulailah kami berjalan ke sana
ke mari. Dia mencari, dan aku hanya melihat-lihat sambil kebingungan sama model
jilbab yang muter-muter itu. Berapa lama ya pakainya? Setelah 15 menit, aku
samperin kawanku,”Gimana, udah nemu?”
“Gak
ada Her.”
“Ya
tanya Mbak-nya aja deh. Sini, Mbak, jilbab yang segi empat di mana ya?”
“Ini
mas.” Sambil nunjuk kumpulan jilbab di sebelah kami. Jadi selama ini kami sudah
dekat dengan target????
“Oh,
iya ding yang ini hehehe. Tuh ***, pilih aja.”
Dan mulailah dia milih-milih
sambil minta pendapatku gimana. Ya terang aja kalau aku bilang, bagus-bagus aja
hahaha. Tapi dia gak sreg semua ternyata, karena dia mencari yang kainnya agak
tebal. Langsung aku tunjuk yang dipojokan,”Tuh aja ***.”
“Lah,
itu kan sorban Her,” jawabnya datar.
“Lho,
sapa tau cocok. Kan ada filmnya, wanita berkalung sorban hahaha.”
15 menit berlalu. Dan kami,
tetap kebingungan. Lalu dia melihat sebuah jilbab di manekin dan bertanya ke
Mbak-nya.
“Mbak, yang itu ada yang lebih
panjang?”
“Ada Mas, tinggal ukurannya
saja. Itu silahkan dipilih.”
Dia pun ambil satu dan bilang,”Her,
beli baju aja dicobain kan. Jilbab juga bisa kan berarti?”
“Yoi Bro, cobain aja…” Dan kami
mulai sadar sesuatu hal yang penting: SIAPA YANG MAU MENCOBA???
“Awakmu mau nyobain gak?”
“Yang bener ajalah Bro -_-!”
“Sana, kamu tanya Mbak-nya mau
nyobain gak hehe,” kata dia seenaknya.
“Lah, kok aku. Wah, kacau sih
kacau, suram.”
“Yaudah deh, salah fatal nih
beli jilbab tanpa cewek.”
Dan akhirnya, setelah beberapa
menit semakin menunjukkan kebodohan kami tinggalkan toko itu dengan satu
pelajaran penting:
"Pikirkan dulu apa yang hendak kau lakukan, bukan lakukan dulu apa yang hendak kau pikirkan."
Dan alhamdulillah, aku pun tidak
jadi bolos kuliah. Karena aku pikir-pikir aku pun takut akibatnya. Bukan takut
kosong absennya, namun takut kalau jadi kebiasaan. Karena jujur tapi agak
sombong, selama kuliah aku belum pernah bolos hehehe. Selain itu, praktikumku lancar jaya hehe. I love Modul 9, profile projector hahaha.
Oh ya, akhirnya dengan menyusun
ulang teknis lapangan kawanku itu berhasil membelikan juga sebuah jilbab buat
adiknya lho. Good Job Bro!!!
0 komentar:
Posting Komentar