Kau tak pernah mengeluh ketika engkau tahu kita tak
akan memiliki apa-apa. Puas hatimu hanya memiliki sedikit dari apa-apa yang kau
butuhkan. Sementara, orang lain mungkin akan pergi meninggalkanku ataupun
mengeluh, tapi kau tak pernah sekalipun merasa resah.
Kau benar-benar mengerti, apa yang telah Rabb kita
tuliskan hari ini adalah apa-apa yang akan menjadi santapan pengisi perut kita.
Aku tidak pernah mengeluhkan makanan apapun yang ada di hadapanku. Karena ku
tahu, kedua tanganmu yang menyiapkan dan membawakannya padaku.
Di kala ku tak memiliki apa-apa, yang kupunyai
adalah engkau...
Kita berdua pun tersenyum, sementara kita saksikan
berbagai macam kerusakan dan marabahaya mengancam kita, kita ketahui bahwa
mereka yang mengincar kita tidaklah berada di atas kebenaran. Dan kau istriku,
sedikitpun engkau tak pernah memberikan rasa simpati pada musuh-musuh kita.
Tak pernah aku mempertanyakanmu, kau adalah
penyimpan segala rahasiaku, penjaga kehormatanku, dan keyakinan agamaku terasa
aman ketika berada disisimu. Engkau pun tahu, hidup bersamaku akan
menghantarkan berbagai macam kesulitan untukmu, tapi tak pernah terucap keluhan
dari bibirmu.
Tuan putriku, kau adalah sosok yang kuat dan itu
membuatku juga merasa kuat. Kau ibaratkan ujung tombak umat ini, tapi kau
sembunyikan kekuatanmu. Wanita lain akan bergesa-gesa mengutamakan kesenangan,
keinginan dan hawa nafsu mereka. Sementara kau, engkau adalah esensi ketaqwaan.
Hidup ini terasa lebih mudah ketika bersamamu. Kau
adalah pelengkap diriku dan aku tidak akan pernah bisa menjelaskan melalui
untaian kata, aku tidak akan lebih baik jika tanpamu. Engkau tahu dimana
tempatmu berada, yakni selalu di sampingku.
Kau tahu, ada satu hal sepele yang membuatku yakin
akan bersamamu seumur hidupku. Dari caramu memandangku, di dalam matamu aku
tahu bahwa akulah satu-satunya pria yang kau mau.
Kau pun curi hatiku, lantas kau sembunyikan ia.
Aku amat mencintai rasa kecemburuanmu. Aku suka
menggodamu dengan menyebut orang lain hanya supaya aku bisa tahu, bagaimana
dalamnya rasa sayangmu padaku.
Setan pun tak memiliki kesempatan untuk mendekatimu
karena kau tak pernah tertinggal dalam Sholat Fajar. Aku teramat suka ketika
kau terlebih dahulu meninggalkan ranjang tempat tidur kita untuk menyongsong
puasa.
Aku senang, kebenaran lebih kamu cintai dari pada
hidupku dan berbagai perhiasan dunia ini. Kala ku melihatmu sedang mengurus
anak-anak kita, dalam batinku aku tersenyum dan bertanya-tanya, aku tak akan
pernah menginginkan wanita lain selainmu.
Cintaku, sebenarnya kita bisa saja memiliki semua
kesenangan dunia ini. Akan tetapi, siapakah gerangan yang rela menjual surga
untuk kemudian ditukar dengan satu kesenangan semu ini? Bukan kita! Tak akan
kita seperti itu!
Aku telah memilihmu wahai cintaku sebagaimana aku
tahu bahwa anak-anakku akan aman bersamamu. Tak kan pernah aku merasa harus
mengkhawatirkan al wala’ wal baro’ dari bayi-bayi kecil kita. Mereka akan
mencintai apa yang kita cintai, mereka akan mencintai Allah yang Mahasuci dan
Maha Tinggi, mereka akan mencintai Nabi dan para sahabatnya.
Mereka akan hidup untuk melayani satu kalimat, “La
illaaha illallah Muhammad Rasulullah!”
Orang lain mungkin akan menyerah ketika
memperjuangkannya, tapi anak-anak kita tidaklah akan demikian. Detak jantung
mereka akan senantiasa mengiringi kalimah syahadah, lisan mereka akan
senantiasa bersaksi atasnya, dan kedua belah tangan mereka akan meninggikannya.
Tuan putriku, cintaku, jangan berpikir aku pergi
meninggalkanmu.
Jangan berpikir bahwa di dunia ini ada sesuatu yang
lebih berharga bagiku, daripada saat-saat ketika aku melangkah menuju rumah
kita, dan aku mengetahui siapakah di balik pintu itu yang tengah menunggu
kepulanganku.
Aku pergi untuk menemukan tempat yang lebih baik
bagi kita, aku pergi untuk memenuhi penawaran dari Rabb yang mempertemukan
kita. Perniagaan bisnis paling indah dan terbaik keuntungannya diantara yang
terbaik. Yakni Surga.
Allah selama ini benar-benar amat menyayangiku,
kenapa? Karena Dia memberikanmu padaku. Dan hal yang paling sulit bagiku adalah
ketika kembali menyerahkanmu padaNya, lalu pergi memunggungimu.
Orang-orang mengatakan, bahwa mereka tak bisa
memahami apa yang kita lakukan, mereka tak mengerti bahwa setelah ini semua
kesedihan akan terlupakan, dan rumah baru kita telah menantikan kedatangan
kita.
Kita sedang berbicara tentang sungai madu dan susu
yang mengalir di Surga. Kita sedang berbicara tentang istana bertaburkan
mutiara dan singgasana emas disana.
Sungguh, aku teramat takut gerbang Surga akan menutup
sebelum aku bisa memasukinya. Aku khawatir orang lain akan mendahuluiku.
Aku tahu kau akan mengirim anak-anak kita untuk
mencari ayah mereka, kau akan memberitahu putra-putri kita bahwa mereka akan
menemukanku di setiap pertempuran dimana Bendera Hitam berkibar. Katakan kepada
anak-anak kita, bahwa burung-burung hijau akan pergi menemui mereka mengabarkan
kesyahidanku.
Aku pernah mengatakan, hanya 2 hal yang akan selalu
kumiliki, Kau istriku dan kematian. Aku hidup bersamamu, tapi sekarang aku
harus menikah lagi. Aku harus menikahi apa yang telah dijanjikan kepadaku
ketika aku dilahirkan ke dunia ini. Aku harus menikahi taqdirku itu, dan
sebagai imbalannya aku harus menikahi kematian.
Setelah kematian datang dan diriku di hisab, aku
akan berdiri di barisan para syuhada’ yang merupakan sebaik-baiknya makhluk
yang telah Allah ciptakan. Dan setelahnya, aku akan memohonkan izin pada Allah
untuk mempertemukan kita kembali.
Tidak ada wanita yang cukup layak untuk berdiri di
sampingku selain engkau. Lantas kenapa aku menginginkan wanita lain di
akhirat?
Istriku cintaku, hidupku saat ini tanpa kehadiranmu
memang amat menyulitkanku. Tapi kita tahu, setelah ini kehidupan kita di
akhirat akan menjadi lebih indah pun dikelilingi oleh keabadian...
Catatan: surat cinta ini adalah hasil copas saya dari http://www.shoutussalam.com/read/muslimah/14022/surat-cinta-dari-mujahid-teruntuk-sang-istri/#.UjwP1ap5lnI.facebook
Komentar saya: betapa beruntung yang menyurati, juga yang disurati :')
0 komentar:
Posting Komentar