Sabtu, 19 Oktober 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


                Orang bilang ospek di Perguruan Tinggi itu isinya marah-marah dan menakuti saja. Bahwa senior selalu menekan dengan kata-kata setinggi langit yang normative sehingga sulit dijangkau atau sulit didebat karena ketidak-konkrit-annya. Dan akhirnya ospek hanya berisi “bacotan” sok tinggi macam politikus di gedung mewah yang berbentuk seperti tempurung kura-kura yang berwarna hijau padahal “pembacot”-nya bahkan tak tahu apa yang sedang “dibacotkan”(maaf kasar, karena saya sudah eneg haha). Karena(menurut yang saya tahu) rata-rata apa yang mereka katakan(udah agak halus) merupakan inputan dari staf(yang katanya) ahli mereka.  

                Namun itu mungkin ospek di Universitas lain, atau di, ehem, jurusan lain. Kami, anak Mesin tidak suka hal-hal yang HANYA berbau normative dan tidak konkrit. Apalagi jika ini adalah pertemuan lapangan. Dan dari beberapa hal yang menjebak untuk dijawab itu bahkan ada yang terdengar lucu, namun apa daya, kalau kelihatan sampai tertawa yang ada dapat jatah tambahan push up hahaha.


                Salah satunya saat interaksi junior kami dengan massa himpunan yang 2 angkatan di atas kami. Kalau menurut bahasa kami sih menyebutnya SWASTA(mahaSisWA Tingkat Akhir). Ketika mereka yang dikader sudah lelah, mereka tetap dipaksa untuk berpikir logis dan terkadang dilempar pernyataan atau pertanyaan yang bertujuan untuk mengetes kefokusan mereka. Ini akan mengajarkan untuk tetap bisa berpikir logis meski fisik lelah dan berada dalam tekanan. Apalagi dunia kerja(katanya lebih keras) dari itu.

                Nah, tadi ada yang membuat kami sebagai panitia harus menahan tawa. Pada saat posisi push up, seorang massa berkata,”Woi kalian! Dua ribu berapa ini?!”

                “DUA RIBU DUA BELAS LORD!!!”

                “Woi!!! Ngantuk kalian! Ini tahun dua ribu tiga belas! Punya tanggalan gak sih!?” Tentu saja kami terkejut dengan tanggapan tak terduga dari massa itu. Dan kalau dipikir-pikir, benar juga jawabannya. Meski pada dasarnya pertanyaan tersebut memang ambigu. Lumayan, hiburan di bawah langit malam dengan purnamanya yang indah di lapangan radar.

                “Wah, minta dipulangin sih ini!”

                Setelah itu, ketika ditanya tentang apa yang mereka lakukan di himpunan jika nantinya dilantik menjadi anggota. Mereka—karena mungkin sudah lelah—kebanyakan jawabannya normative. Misalnya ada yang berkata,”Saya akan mengharumkan HMM Lord!”

                “Mas, yang konkrit laaaah…. Mau dikasih parfum?!”

                Apa coba ini hahaha. Sekali lagi kami harus menahan tawa. Begitulah sekian cerita saya pagi ini(beneran pagi lho, jam 4 pagi nih haha).

                Oh ya, yang terakhir saya ingin mengucapkan:

Selamat Datang M12! Selamat Datang di HMM!

Fren-mu
Heri I.Wibowo
13111070

2 komentar:

  1. Astaga, mungkin ini sisi menarik dari sistem ospek kampusmu yang tampak panjang sekali XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo osjur masih kalah kali sama UNDIP yang teknik mesinnya denger2 minimal setahun. Cuma, memang di sini sistem kaderisasi tak hanya berhenti di tingkat awal saja(teorinya) :)

      Hapus