Pertama-tama, setelah memuji
Allah dan kemudian bershalawat pada Rasul-Nya saya ingin meminta maaf kepada
Anda—siapapun Anda—yang bertanya di sini. Maaf, karena saya menjawabnya di blog
alih-alih menjawab singkat dengan “iya dan si fulanah” atau “tidak dan
buat apa”. Karena jawaban yang akan saya berikan ini teramat panjang, bahkan
lebih panjang dari yang saya antisipasi sebelumnya. (Selain itu karena jawaban
di sini bisa di-edit sih :p)
:v |
Pertanyaan semacam ini tidak
hanya sekali ditanyakan kepada saya. Entah itu seorang kawan, saudara, sahabat,
atau sekedar kenalan yang bertanya untuk melanjutkan obrolan iseng. Sungguh,
saya tidak terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Bahkan saya
senang, karena merasa diperhatikan.
Baiklah, mari kita lihat
bagaimana (bukan apa) jawaban saya sebenarnya…
Bismillah…
Saya akan memulai jawaban saya
dengan suatu cerita.
Suatu hari Jeruk jalan-jalan ke
pasar yang menjual busana bersama temannya. Mungkin sekedar ingin tahu pasarnya
di mana sehingga nanti tahu tempat yang recommended
untuk mencari busana. Atau bisa saja dia hanya mengantarkan teman atau
saudaranya melihat-lihat dan sekedar menemani saja. Sungguh, dari rumah dia
belum mempersiapkan sejumlah uang dengan sebab memang belum merasa membutuhkan
suatu busana dan rezekinya belum sampai untuk membeli busana tersebut. Atau
jeruk sebenarnya telah memiliki rezeki, tapi rezekinya masih lebih dibutuhkan
di sector lain. Namun pasar tersebut memiliki keistimewaan: bahwa busana yang
dijual benar-benar limited edition,
artinya hanya ada satu untuk setiap model di mana ketika model itu terjual tak
akan ada model sama yang dijual. Kecuali pemilik lama karena suatu hal jadi
tidak memilikinya lagi. Selain itu bajunya juga unik—kalau tidak dikatakan
aneh—yaitu bahwa mereka hanya bisa dibeli jika si baju merasa cocok dengan yang
mau beli. Jadi harus ada kecocokan dua, tidak, tiga pihak di sini. Yaitu busana,
pemiliknya, dan pembeli itu sendiri.
Sesampainya di pasar, banyak
sekali busana yang dijual. Ada yang dijual dengan diobral—goceng dapat 5—namun
juga ada yang harganya mahal sekali. Bahkan untuk melihatnya saja harus ada
akad tertentu dengan pemiliknya karena saking istimewa model dan bahannya. Nah,
sembari berjalan-jalan tersebut Jeruk mulai melirik kiri dan kanan. Depan dan
belakang. Serong juga hehe.
Sungguh banyak yang bagus-bagus.
Bahkan tidak mustahil Jeruk sempat mengajak kawannya tadi berhenti dan
menunjukkan baju yang disukainya juga. Berkata,”Eh Bro, kemeja yang ini boleh
lah buat kau. Eh, yang warna biru tua itu juga mantap.” Atau mungkin satu
ketika ada salah satu outlet tanya,”Mas Jeruk, model yang dicari yang kayak
gimana ya?”
Yang lebih ‘WAH’ ada orang
sedang pegang mic dan tanya,”Wahai Bung Jeruk, adakah pakaian yang menarik
hatimu? Kau tertarik dengan yang mana?” Dan jawaban jeruk akan terdengar sampai
beberapa tempat di pasar yang unik itu (seperti pertanyaan di ask.fm yang jadi inspirasi tulisan ini).
Jeruk tentu bisa saja dengan
mudah berkata,”Oh, tentu dong ada yang saya suka. Saya suka yang model ini di toko
yang itu. Barangnya oke punya, bahannya impor blablabla.” Sudah macam
bener-bener mau beli saja dia. Atau bahkan dia pun datang langsung ke toko yang
bersangkutan dan berkata,”Eh Mbak, saya suka baju yang ini. Hai baju, saya suka
lho sama kamu. Bisa dicoba dulu? Mungkin cocok deh hehe.”
Atau tak ingin langsung dicoba, tapi dia
bilang,”Baju, saya suka sama kamu. Kamu merasa cocok gak sama saya? Ah, gak mau
dicoba? Yaudah deh, kita coba patut-patut aja di cermin sana. Eh, boleh Pak?
Baik, saya lihat dulu coba Pak.”
Atau ini yang suram bener,”Hai
baju, saya merasa cocok nih sama kamu. Kamu cocok gak sama saya? Eh, tapi
jangan panggilin yang jual dulu, aku mau lihat dulu beneran cocok gak sama
kamu. Enggak, aku gak akan nyoba kok, cuma mau tanya-tanya aja. Berapa gitu
ukuranmu? M? XL? Oh, kalau kamu nyucinya susah gak? Lalalalala…”
“Wah, yang ini belum mau dijual
ya Pak? Kenapa? Belum jadi? Wah tapi dari modelnya saya suka itu Pak, yaudah
nanti kalau udah jadi bilang ya Pak, ini nomor HP saya…”
Menurut saya ada beberapa
kerugian jika jenis-jenis jawaban di atas yang diberikan oleh Jeruk dengan
kondisi Jeruk sebagaimana tersebut sebelumnya.
Pertama, seandainya nanti saat
merasa sudah butuh dan ada rezeki ternyata ada busana lain yang menarik hati.
Jeruk dengan reseknya berkata,”Ah, gak jadi beli ah! Duit dan badan saya
terlalu bagus buat dipasangin busana kayak gini. Saya mau beli yang itu aja.”
Demikianlah, suatu hari nanti
mungkin benar kualitas diri dan rezeki yang ada pada tangan si Jeruk lebih
banyak daripada yang dulu dibayangkannya akan ia miliki. Tentu, normal saja
jika saja dia mau mencari yang lebih bagus kualitasnya. Atau malah yang masih
terbungkus rapi. Atau malah tertarik dengan pakaian “yang tersembunyi” tadi.
Peduli apa, wong dia layak kok mendapatkannya!
Tapi jika dilihat dari sudut
pandang si busana dan penjualnya, apakah tidak terasa kejam? Apalagi si pakaian
sudah demikian mengharap untuk dibeli, mempersiapkan dirinya dengan menolak
calon pembeli-pembeli lain dengan alasan tak ingin membuat Jeruk kecewa, atau
karena memang telah merasa cocok dengan Jeruk. Sehingga yang lain dibilangnya
tidak ada yang pas di ‘mata’ si busana. Sedangkan yang lebih suram, mungkin saja akibat dipegang
atau dicoba si Jeruk bajunya jadi kusut bahkan ada kancing yang lepas. Ketika
ditanya calon pembeli lain, sang penjual hanya dapat menjawab dengan
menunduk,”Akibat ada orang iseng lewat dan nyoba-nyoba kemarin…”
Katakanlah bajunya masih utuh,
bersih! Tapi itu kan luarnya. Bagaimana dengan rasa kecewa akibat tidak jadi
dibeli Jeruk hingga akhirnya untuk pembeli berikutnya dia tidak selektif lagi?
Siapa yang akan mengobati sakit hati akibat menunggu untuk kemudian tidak jadi
dihampiri? Siapa sangka nanti ia tidak melindungi dan memperindah tampilan
pemiliknya yang sekarang dengan sepenuh hati sehingga tidak enak keduanya?
Kedua, dengan Jeruk
mendeklarasikan rasa sukanya maka baju yang merasa mendapat angin tersebut akan
menjadi layak untuk “diperjuangkan sampai berdarah-darah”. Bahkan dengan harga
yang tidak masuk akal, sedangkan Jeruk yang telah demikian buta tidak melihat
kanan kiri, tidak konsultasi dengan orang-orang terdekatnya, ahli fashion, dan
“membayar” dengan harga berapa pun. Kalau demikian bisa kita katakan telah
terjadi inflasi di jual-beli-YANG-TERTUNDA tersebut sehingga ketika
mendapatkannya akan kecewa,”Lah, ternyata gak bagus-bagus banget. Duh, kecewa
gue…”
Ketiga, ketika seantero pasar
telah tahu di mana jeruk menambatkan hatinya maka baju-baju di toko lain pun
tak akan antusias menanggapi kedatangan Jeruk ke tempatnya. “Ngapain? Toh dia
sudah suka sama baju koko yang ada di sana tuh”,”Minggir deh Mas Jeruk, ini ada
satu orang yang mau tanya-tanya. Anda menghalangi jalannya!” dan seterusnya.
Jadi keren kan, ternyata tak hanya si busana yang punya pasaran tapi pembeli
pun punya pasaran di sini!
Keempat, hal yang demikian juga
bisa terjadi pada sang busana. Katakanlah ada calon pembeli lain yang lebih
baik dari Jeruk, sebut saja dia Tomat. Nah, Mas Tomat ini bahkan sudah mulai
tanya-tanya kepada bapak pemilik busana. Atau gak usah dulu deh, dia baru mulai
tanya-tanya sama sang busana. Namun entah info darimana dia tahu bahwa busana
tersebut telah dipesan oleh Jeruk sehingga dia pun cari yang lain. Sebabnya karena
dia tak mau menyakiti hati Jeruk sebagai sesama calon pembeli dan dia merasa
malas membeli busana yang bisa dipesan-pesan. Apalagi jika Tomat ini cukup sensitive,
sehingga khawatir jika Tomat hanyalah “yang kedua” (lihat masalah pertama ada
bagian akhir-akhirnya).
Kelima, katakanlah situasi
benar-benar oke. Empat hal resek di atas tidak terjadi, namun qadarullah ada
yang lebih dalam. Ketika Jeruk datang dengan persiapan matang, ternyata busana
itu keburu dibeli oleh orang lain. Rasa sakit yang dialami Jeruk pun
berlipat-lipat, karena dia telah mengusahakan semua “penebusan” ini untuk
busana yang itu. Tapi sekarang, oh tidaaaaaaak…!!!! *dramatisir bolehlaaaah :v
Dan ketika akhirnya dia membeli
baju yang lain, sebagus apa pun baju yang dibeli sekarang maka akan terasa
hanya sebagai “pelampiasan”. Bahwa hati jeruk masih tertambat pada baju yang
dulu akibat sudah sangat banyak investasi yang ia keluarkan untuk
mempertahankan baju itu agar tidak lekas dilepas
oleh pemiliknya. Belum lagi kehancuran kesenangan dalam masa-masa mengumpulkan
rezeki akibat terlalu sering berangan-angan.
Sekarang mari kita ganti jawaban
si Jeruk dengan begini:
“Wah,
iya. Baju-baju di sini keren-keren. Ada lah satu atau beberapa yang saya suka,
tentu ada. Namun saya pikir akan lebih bijaksana jika biar saya dan kawan saya
yang ini yang tahu demi menjaga keseimbangan yang telah tercipta di sini.
Karena toh sekarang saya belum akan membeli yang mana pun, karena memang belum
ada kemampuan. Biar saya kumpulkan dulu, karena saya yakin pasar ini tak akan
pernah kehabisan stok barang bagus bukan?
Dan
lagi dengan begini hidup saya akan lebih ringan untuk mengerjakan pekerjaan
lain yang tidak kalah pentingnya, karena wallahi,
pekerjaan saya, kami, dan kita masih banyak daripada ‘sekedar’ urusan 'memilih dan membeli busana'.”
Nah,
jawaban Jeruk di atas inilah yang akan saya gunakan untuk menjawab Anda yang
bertanya—siapa pun Anda :)
Oh
ya, perumpamaan di atas saya ambil dari sini:
Dihalalkan
bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka.
Allah Mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia
Menerima tobatmu dan Memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
carilah apa yang telah Ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas
bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka,
ketika kamu beri‘tikaf ** dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah Menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
agar mereka bertakwa.
(QS. Al-Baqarah: 187)
------------------------------------------------------------------
**I’tikaf ialah berada dalam masjid
dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Lalu
ada beberapa pihak yang mungkin akan berkata,”Lho Mas Jeruk, kan nanti kalau
diambil orang duluan akan menyesal!”
Jeruk
pun sudah menjawabnya di atas sesungguhnya dengan kalimat yang menunjukkan ia
tak takut kehabisan stok. Namun baiklah, akan saya kutipkan perkataan indah
ini:
“Semoga
Hafsah mendapat pasangan yang lebih baik dari Utsman dan Utsman mendapat
pasangan yang lebih baik dari Hafsah.” (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hafshah_binti_Umar
)
Nah, kalau Jeruk
mungkin menjawabnya begini:
“Semoga dia mendapat yang lebih baik dan cocok daripada saya,
dan saya juga mendapat yang lebih baik dan cocok daripada
dia.”
See, a win-win solution eh? Dan sekali lagi, saya idem dengan jawaban
Jeruk ;)
Note: Saya belum
mendapatkan sumber hadits dari perkataan Rasul tersebut, namun kisah tersebut
cukup masyhur. Wallahu’alam…
0 komentar:
Posting Komentar