Selasa, 01 Juli 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,
                Sudah posting dua tulisan yan cukup serius, kini saya mau bercerita saja tentang hal-hal yang terkesan merupakan kekonyolan namun semoga ada hikmahnya. Cerita akan saya susun secara kronologis dari yang paling terakhir saya alami.

1.       Sahur? (30-6-2014)

Besok adalah hari pertama puasa. Wah, euphoria-nya maaaaan. Dan jadilah hari itu tidur lebih awal agar dapat bangun sahur. Tentu, bangunnya masih dibangunkan oleh sahabat tercinta: ALARM. Yang tak pernah lelah membangunkan saya meski cerewetnya minta ampun. Aku sayaaaaang alarm :v Ini sekaligus bukti atas sindiran di sini.


Nah, saya setting alarm itu pukul 04.10 mengingat bahwa sepuluh menit itu sangat berharga untuk tidur. Dan makanan untuk sahur telah saya siapkan, bahkan saya masukkan rice cooker agar tetap hangat dan nikmat hehe. Sampai di sini tak ada masalah dan saya pun tertidur dengan sangat nyenyak…


Gambar Jam (terus? :v )


Lalu 04.10 tiba. Bunyi yang menjengkelkan itu sungguh mengganggu, namun saya sadar dia melakukannya agar saya tidak ketinggalan shubuh. Lalu saat ingin saya matikan, saya pun kaget kenapa masih jam 04.10? Wah, saya pasti salah setting nih orang shubuh kan jam setengah lima. Jadilah saya setting ulang, namun ternyata ada dua sms masuk pagi itu. Dua-duanya mengucap selamat sahur. Ya sudah, apa peduli saya—tidur lagi.

Nah, di tengah-tengah situasi tertidur dan sadar entah kenapa ada sebagian neuron otak saya yang memproses petunjuk tentang sms sahur tadi. Ternyata kegaduhan sebagian kecil neuron tadi membangunkan neuron-neuron yang lain sehingga menyadarkan saya: SAYA TIDAK SALAH ATUR ALARM, INI WAKTUNYA SAHUR!

Astaghfirullah, sudah jam 04.18! Dan saya buru-buru atur makanan di atas piring, ambil air, dan mulai mengipasi nasi serta lauk dengan kertas yang ada. Makan dengan kesadaran 50% hingga lupa rasa makanannya.

Yah, begitulah cerita sahur pertamaku. Bagaimana denganmu?

Hikmahnya? Jangan pasang alarm, tapi pengingat dengan isi: INI WAKTUNYA SAHUR, KAMU TIDAK SALAH SETTING WAKTU SHUBUH!!!!



2.       Gembok (28-6-2014)

Pulang dari tempat KP (Kerja Praktek), ternyata analisis saya belum selesai. Dan bapaknya meminta malam ini sudah harus diselesaikan laporannya, setidaknya analisis gayanya. Dan jadilah ba’da ashar saya ke sekre unit karena ada akses internet gratis di sana hehehe. Selain itu katanya teman-teman BP akan mengadakan kumpul. Ya sudah, sebagai mantan BP dan disuruh datang penasaran juga mereka mau ngomongin apa. Bilangnya sih ba’da ashar, tapi saya sudah menduga tak akan dimulai sampai ba’da maghrib hehe.

Lama mengetik dan menghitung, apalagi merasa cukup aneh dengan metode trial and error-nya. Wah, ngeri deh. Sehingga tak terasa maghrib telah tiba. Dengan terburu-buru saya pun mengunci pintu sekre, dan di sinilah hal itu terjadi…

Nah, bentuknya persis seperti ini


Seselesainya sholat maghrib, saya dengan santai kembali ke sekre untuk menyelesaikan stress analysis. Mulai deh pencet-pencet kombinasi gembok, dan anehnya kok keras. Baru sadar bahwa gembok ini adalah gembok lama yang memang sudah rusak dan akhirnya diganti yang baru. Subhanallah, padahal barang-barang saya di dalam semua. Tugas saya juga -_________-

Dalam kegalauan itu—ciee galau—saya pun berusaha untuk tetap berpikir jernih. Ada 2 opsi: cara kasar atau cara halus. Cara kasar adalah dengan mendobrak pintu sedangkan cara halus dengan mencari obeng untuk membuka tempat gembok itu tergantung. Akhirnya, dengan segala ijtihad berdasarkan waqi’ yang ada saya pun tidak memilih no.1 maupun no.2 (saya golput kok hehe), tapi saya pilih opsi 1.5: Halus menjurus kasar—potong gemboknya!

Dan itulah saya, sedang berusaha memotong gembok dengan gergaji besi setengah tajam hasil pinjam dari sarpras Saraga. Dilihatin orang-orang dan junior yang mulai berdatangan. Tapi, bodo amat! Laptop dan data KP saya di dalam! Lalu terjadilah percakapan saya dengan salah seorang junior (A)—dengan bahasa jawa tentunya.

A             : Mas, gak mau dicoba dulu kombinasinya?
H             : Gak bisa ndes… (sambil menggergaji), yawis, coba aja deh
A             : Eh iya, angka 7-nya keras. Selamat melanjutkan deh Mas! Hehe
H             : Yaaah, emang gak bisa kan?

Sreksreksrek… lanjut menggergaji, lalu tiba-tiba…

Gembok              : Klik…
H                             : What the???!!!! Man, kebuka?!

Dan begitulah betapa kecewanya saya. Sudah ¾ jalan dan ternyata gemboknya malah bisa terbuka! Ternyata getaran dan goyangan akibat efek penggergajian selama 15 menit tersebut menjadikannya luluh juga…

Hikmahnya: Cari gergaji yang lebih tajam, kalau perlu gerinda rata dari Lab. Teknik Produksi!

3.       Buang Uangmu! (31-5-2014)

Hari ini adalah hari kepulangan kami—perwakilan MPI Bandung—dari Muktamar ke-2 MPI di Jogjakarta. Dengan naik kereta ekonomi yang langsung ke Bandung. Awalnya direncanakan 3 orang, namun Pak Bos ternyata malah dapat panggilan buat pulang. Lumayan, kursinya jadi lega karena beliau ini termasuk “pembesar” ^^V

Perjalanan tentangnya telah saya abadikan di sini. Tapi itu versi kerennya. Beberapa saat setelah mem-posting tulisan tersebut, saya pun merasa ingin buang air kecil. Dengan percaya diri saya pun masuk ke dalam salah satu toilet, hmm, cukup bersih.

Setelah selesai, kini saatnya istinja. But wait! Airnya tidak ada! Maaaaan, kalau begini masak iya pindah kamar mandi yang ada di gerbong satunya. Dan sialnya lagi, tisu pun bahkan habis terbukti dengan gulungannya yang ada di tempat sampah. Masak juga sms teman seperjalanan buat bawain air? Dan seingat saya tadi belinya fres*tea -_-“


belum buang yang warna merah kok :p



Akhirnya saya pun merogoh kantong, berharap menemukan kertas atau apa pun. Bahkan sekarang saya baru ingat dompet saya juga ada di tas. Dan akhirnya, yang saya temukan hanyalah selembar uang seribuan. Untung seribu doang, kalau nemunya yang biru atau merah seperti yang di gambar itu kan gimana juga. Yaah, akhirnya saya pun ber-istinja’ dengan selembar uang seribu tersebut. 3 kali pada 3 bagian yang berbeda—semoga sah :)

Saat membuang uang itu ke tempat sampah dan keluar dari kamar mandi saya pun merasa demikian berkuasa dan kaya: Ber-istinja’ dengan uang. Like a boss!!! Hahaha…

Hikmahnya? Uang itu cuma selembar kertas bro. Hanya sistem ribawi lah yang menjadikannya demikian dipuja :v

  

0 komentar:

Posting Komentar