Rabu, 14 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,
"Jika mendaki hanya urusan adu tinggi, maka kau telah merugi."


               
Ucup, ketika sedang makan malam di Segara Anak pernah berkata,”Wah, sudah sampai Rinjani. Bolehlah kita disebut sebagai pendaki.”

                Madun pun menanggapi,”Bahkan nih Cup, kalau misalnya mendaki gunung itu kuliah, kita nih udah cumlaude lah!”

                Dan saya pun menimpali,”Iyo ya, bisa dikatakan IP kita 3.726, atau kalau dibulatkan jadi 3.73 (merujuk pada ketinggian Gunung Rinjani, 3726 mdpl). Yah, semoga IP kuliah kita gak jauh-jauh amat lah dari itu hahaha…” Dan kami bertiga, bahkan ada tetangga yang dengar, mengamini omongan saya itu. Alhamdulillah wa syukurillah, ternyata doa kami itu terkabul. Geng cinTA sedang bersuka cita karena IP ke-5 orang rakyatnya naik tajam semester ini, terutama Tobibi bahkan sampai menraktir kami segala atas kenaikan IP dan peringatan hari kelahirannya. Entahlah, mungkin hari lahirnya sepenting tujuh-belasan. *Aku guyon lho Tob, tenan hahaha.

                Mengingat hal tersebut pun mulai muncul keberanian dalam hati saya untuk berbagi tips kepada kawan semua mengenai pendakian Gunung Rinjani ini. Tips yang akan saya bagikan kebanyakan adalah hasil obrolan saya dengan para Suhu di bidang ini. So, check it out:


1.       Berangkatlah dengan niat yang lurus dan tidak melanggar syari’at

 

Tentu, inilah awal dari segalanya. Inilah hal pertama yang selalu saya tekankan pada diri saya sendiri. Gunung, apapun itu, bukanlah tempat untuk main-main apalagi maksiat. Jika cuma mau pindah tempat buat buang sampah, saya pikir mulut kalian itu lebih cocok buat jadi tempat sampah daripada alam yang masih indah TANPA KALIAN itu. Selain itu, sangat saya benci mereka yang naik gunung dengan niat untuk melakukan maksiat, apa pun itu. Jadi, luruskanlah niat. Agar setiap langkah yang kita lakukan tak sekedar menyenangkan hati, namun juga menyenangkan Dia Yang Membolak-balikkan Hati juga. Agar setiap keringat bernilai ibadah, karena saya sadar pahala ibadah saya itu pasti dikit sekali :)              

Silahkan baca hal tersebut di sini.             

2.       Berangkatlah dengan mode transportasi yang menghemat tenaga namun tidak menguras kantong dan tetap mengesankan

 

Nah, ini saya pikir akan berbeda pada tiap-tiap orang. Silahkan buat kalkulasi sendiri enaknya bagaimana. Yang pasti, mode transportasi itu haruslah yang kira-kira bisa menjamin bahwa kita akan sampai di sana dengan selamat dan memiliki cukup tenaga untuk melakukan perjalanan. Apalagi, pada awal-awal perjalanan biasanya isi keril akan paling berat karena logistic masih full.

 

Tidak menguras kantong, tentu akan menjadi salah satu pertimbangan utama jika Anda seorang backpacker. Sudah paham lah kalau soal ini. Namun yang terakhir ini seringkali diabaikan. Bagi kami, perjalanan itu sudah harus menjadi pelajaran bahkan saat keluar rumah. Bisa saja Anda naik helicopter lalu langsung mendarat di Plawangan Sembalun. Tapi, apa yang mengesankan? Apakah tidak lebih seru jika Anda naik mobil pick up sayuran yang kebetulan dalam perjalanan pulang? Selain mengesankan dan keren, Anda juga menghemat isi kantong. Dan kami pikir, kemarin naik mobil pick up itu sudah cukup nyaman kok.

 

3.       Saat summit attack, pastikan barang-barang berharga aman      

Ya, ini juga tak boleh diabaikan. Salah satu hal penting yang harus kita jaga, setelah nyawa kita, adalah barang-barang kita. Karena secara harfiah, kehidupan kita di atas sana juga ditopang oleh peralatan yang ada dalam keril kita. Nah, untuk menjaga barang berharga itu aman, baik dari monyet yang bisa manjat sampai monyet yang bisa merokok, buatlah pintu tenda terkunci rapat. Selain itu, jika ada tetangga yang tidak summit attack akan lebih baik jika bisa minta tolong padanya untuk menjaga tenda kita juga. Percayalah, baru kali ini juga saya melihat ada kasus pencurian di atas gunung. Salah satu tetangga bahkan sampai kehilangan HP, power bank, hingga satu tas keril Deuter SL beserta seluruh isinya. Yah, tak ada salahnya waspada bro.


4.       Naiklah dari Sembalun Lawang dan turun via Pintu Senaru

 

Mengapa lebih baik naik dari Sembalun Lawang dan turun via Pintu Senaru? Pertama, karena saat naik biasanya kondisi fisik masih prima dan hati masih semangat merindukan puncak. Sehingga track Sembalun yang landai namun jauuuuuuh itu akan cocok. Apalagi padang savanna yang ada akan keren sebagai latar foto-foto. Tak akan jemu mata memandang keindahan yang ada. Sedangkan saat turun biasanya mata sudah malas melihat-lihat dan yang di otak hanyalah bagaimana secepat mungkin mencapai peradaban kembali. Badan sudah lelah, fisik sudah tidak prima, dan semangat pulang begitu menggebu. Nah ini sangat cocok untuk track Senaru yang memang pendek namun terjal serta relative sepi pemandangan karena melewati hutan hujan yang rapat.

 

Kedua, ketika Anda menggunakan jalur seperti di atas, Anda akan berkesempatan untuk muncak dulu baru kemudian bersantai di Segara Anak. Kalau saya pikir, puncak itu serupa kewajiban sedangkan Segara Anak beserta sungai air panasnya adalah bonus yang besar. Ini ‘hanya’ akan bisa terjadi jika Anda menggunakan jalur tersebut.

 

5.       Bawalah pancing dan umpan yang sesuai dengan target

 

Ikan di Segara Anak terdiri dari dua jenis: mujair dan karper. Nah, sekarang tinggal pilihan Anda lebih mementingkan kualitas atau kuantitas? Jika ingin yang besar dan sensasi strike-nya jos, tentu ikan karper adalah pilihan Anda. Sedang jika yang penting dapat ikan banyak karena keburu lapar, tentu mujair lebih mudah didapat.

 

Untuk karper Anda perlu pancing yang bisa menjangkau jauh ke tengah dengan umpan gumpalan nasi. Sedangkan jika mujair yang Anda cari, cukup pancing yang panjang gagangnya saja, sekira 3 meter sudah cukup dengan umpan sosis. Sosisnya pun tak sembarangan, harus sosis so nice. Percayalah, saya pakai sosis vitalia yang buat bikin sop ikannya tidak mau makan, kampreeeeeet…..!!!!

 

6.       Alih-alih bawa handuk, lebih baik bawalah kain kanebo              

Tips ini adalah saran dari Mas Mocka. Kenapa? Karena kanebo lebih praktis dan fungsional. Secara ukuran lebih kecil daripada handuk, cepat menyerap air, juga mudah dibersihkan. Kanebo ini, selain jos untuk mengelap keringat, ia juga bisa dipakai saat mandi. Bahkan jos sekali untuk mengelap tenda yang basah akibat embun atau pun hujan. Jos banget lah!

 

7.       Pastikan nafsu makanmu baik-baik saja

 

Sumber dari segala macam penyakit di atas gunung adalah masuk angin. Dan masuk angin akan mudah menyerang jika Anda mulai malas makan. Ini tak hanya di Gunung Rinjani, tapi berlaku juga di semua gunung. Jadi, untuk menjamin nafsu makan Anda jos, pastikan menu yang Anda masak itu enak. Buat yang cowok (juga kamu yang di sana :p), mulailah belajar masak dengan fasilitas terbatas tapi masih nyaman di lidah. Misalkan jika Anda berencana untuk nge-camp beberapa hari di Segara Anak, saya jamin akan bosan makan ikan jika cuma digoreng atau dibakar. Mungkin Anda perlu membuatnya jadi gulai, atau yang lainnya. Selain itu, sebaiknya bawa minuman sachet dan cemilan yang banyak. Karena jika memang nafsu makan nasi sudah hilang, masih bisa ngemil coklat. Terakhir, jika memang kebelet boker, jangan ditahan! Menahan boker itu sungguh tak sehat, selain bisa membuat sakit perut juga akan membuat Anda susah lapar.

 

8.       Bawa peralatan secukupnya, tapi jangan sampai menyusahkan orang lain          

Maksudnya Anda tak perlu bawa baju satu koper atau helm SNI. Tak perlu itu. Namun pastikan juga Anda tidak lupa bawa peralatan pribadi seperti celana dalam, sikat gigi, jaket, sarung tangan, sleeping bag, dan sebangsanya. Karena hal-hal ini akan sangat merepotkan jika Anda pinjam kawan seperjalanan. Bayangkan saat makan (di mana nafsu makan ada saja sudah bersyukur), eh Anda merusuhi dengan rebutan piring. Dalam batas wajar jika ia adalah sahabat, atau otak tidak sedang lelah, memang tidak akan membuat masalah. Tapi bayangkan jika Anda pinjam ketika emosi sedang labil, bisa berantem bro gara-gara piring, apalagi jika piringnya pinjem tetangga yang baru dikenal dan malah ikut kemakan karena saking lapernya. Intinya, siapkan perjalanan dengan sungguh-sungguh, karena ego itu yang membuat manusia tidak punah.

 

Dan yang tak kalah penting, bawalah obat pribadi yang cukup. Tak ada yang tahu kondisi fisik Anda sebaik Anda sendiri. Kan sudah gede, bisa lah mikir kalau memang punya asma ya bawa oksigen atau obatnya. Kalau memang merasa gampang diare, ya bawalah obat diare. Jangan merepotkan kawan Anda intinya.              

9.       Kalau bisa jangan naik saat musim hujan             

Kami kemarin memang naik di musim hujan, dan Allah Menghendaki perjalanan kami lancar serta mendapat sunrise di puncak. Namun, kawan kami yang lain yang naik 5 hari setelah kami, mengalami hujan badai ketika melakukan summit attack. Infonya, satu orang ingin terus naik, yang satunya ingin turun, dan satunya lagi malah duduk diem gak mau ke mana-mana. Kalau demikian kan ya susah, tapi syukurlah kini mereka bertiga telah sampai di Bandung lagi buat melanjutkan kuliahnya. Ya, lebih baik naik gunung itu tidak di musim hujan.

 

10.   Bawa kamera, tapi jangan buang matamu           

Mungkin kalian pernah ketemu teman yang suka ngomong,”No pict, hoax!” Ya, saya kenal orang-orang menyebalkan seperti itu. Nah, untuk membungkam mereka, kamera adalah peralatan “wajib”. Selain itu, mungkin Anda perlu mendokumentasikan “Salam dari Rinjani” untuk orang-orang terkasih seperti Ayah, Ibu, Adik, Kakak,sahabat, atau … yah, kalian bisa isi sendirilaaaaah :p

 


                Yaaah, itulah beberapa tips yang bisa kami bagi buat kalian yang mungkin menyapa Rinjani atau gunung-gunung lain. Jika ada yang memiliki tips lain, jangan sungkan untuk berbagi. Sila hubungi saya di komentar :)))    

NB: Maaf jika saya sok tahu atau sok ide dengan saran-saran yang ada. Jika ada yang salah, koreksi saja ya gan ;)

0 komentar:

Posting Komentar