Selasa, 06 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


Day 2, 24-12-2014

                Hari dimulai ketika alarm waktu shubuh menjerit, dan dilanjutkan dengan mematikan alarm. Maklum, dinginnya cukup keren juga. Lanjut masak, makan, bongkar tenda, nyekop (baca: boker), foto-foto, dan repacking. Kami baru mulai cabs sekitar pukul 08.00 WITA.


Jalur Pendakian Rinjani
Courtesy of Kaos Saya :v

Aku, Sweaterku, dan Tenda Perhimak ITB


"Bangun tidur ku terus foto-foto"

Tak sempat pakai baju ternyata sudah saatnya makan, yawislah
                Tak sampai 15 menit melangkah ternyata sudah menjumpai Pos 1. We la asem, ternyata cuma sedikit lagi telah mencapai Pos 1 atau Pos Pemantauan. Pos 1 merupakan sebuah pondok tanpa lantai yang teletak di tengah jalur di daerah padang rumput serta berada pada ketinggian 1300 mdpl. Pos ini tidak memiliki sumber air. Jalur dari pos ini ke Pos 2 masih sedikit menanjak dan padang rumput yang terbuka serta masih melewati beberapa aliran lahar dan kali kering. Jalan setapaknya sendiri kadang menurun cukup curam. Dan yang unik dari jalur pendakian di Rinjani, setiap pos diusahakan dekat dengan sumber air—dengan pengecualian Pos 1. Minimal air tadah hujan.
Dari Pos 1,savanna everywhere

Eksis dulu di jembatan


Tuh Pos 1-nya kelihatan


                Perjalanan diisi dengan canda tawa, debat, istirahat, Ucup debat dengan Madun, Madun debat dengan Ucup, dan saya debat dengan keduanya. Mulai dari jenis rumput sampai urusan kapan waktu istirahat. Memang benar kata hadits, safar adalah sebagian dari ujian hehehe. Namun, kelebihan dari jalur Sembalun adalah pemandangan savanna yang memanjakan mata. Sejauh mata memandang adalah rumpun hijau rerumputan, apalagi tidak lama sebelumnya terjadi kebakaran di sana sehingga rumput yang ada masih royo-royo.

                Akhirnya setelah berjalan selama kurleb 1.5-2 jam sampailah kami di Pos 2, Pos Tengengean. Lamanya perjalanan akibat seringnya foto-foto. Pos Tengengean terletak di sebelah kiri jalan agak menjorok dengan ketinggian 1500 mdpl, dan di depan pos ini terdapat sungai kering serta jembatan di atasnya. Di sini kita akan bertemu sebuah persimpangan jalan yang memisahkan jalur ke bukit penyesalan (kanan) dan ke bukit penyiksaan/penderitaan (kiri).  Saat ini jalur yang sering dipakai adalah bukit penyiksaan, karena jalur bukit penyesalan jembatannya sudah hancur dan jalan setapaknya sudah tidak begitu jelas. Di pos ini kita bisa jumpai sumber mata air dan sebuah toilet yang merupakan hasil sumbangan dari sebuah LSM asal New Zealand. Posnya sendiri terletak di sebuah lembah yang diapit bukit. Di pos ini pula mulai terlihat monyet-monyet yang merupakan endemic di wilayah ini. Harap hati-hati akan barang bawaan Anda.
Porter tangguh

Ucup pakai topi pramuka lah -_-

Air bekas hujan semalam, cukup segar saya rasa

Jalan terus maaaang

Anjingnya ganteng ya

Kali bekas aliran lahar

Madun menerawang

Kali kering


                Dari Pos 2, perjalanan ke Pos 3  atau Pos Pada Balong (1807 mdpl) lebih tidak terasa. Maksudnya karena memang focus sudah agak hilang. Disarankan untuk mulai kalkulasi jatah air yang ada, apalagi jika ada cemilan akan lebih bagus. Di sini kami bertemu dengan rombongan ekspedisi yang membawa 2 orang kakek-kakek berusia 60 tahun. Tidak tahu untuk acara apa, yang pasti mereka jos bener. Bawa genset ke atas coba! Yah, bawa porter sih. Kira-kira 1,5 jam waktu yang kami pakai. Bahkan sebenarnya saya hampir tidak tahu jika ada Pos 3, kirain Plawangan Sembalun adalah Pos 3.



Pos 2

Kali kering

Hamparan pakis yang menghijau

Porter tangguh

                Kemudian, dari Pos 3 perjalanan wah pun dimulai: menuju Plawangan Sembalun! Anda akan dihadapkan dengan tanjakan Bukit Sembilan, disebut demikian karena memang melewati sembilan bukit sebelum sampai di igir-igir punggungan. Selanjutnya belok kiri menuju ke Plawangan Sembalun (2708 mdpl). Plawangan Sembalun adalah pos terakhir untuk mencapai puncak Rinjani, merupakan sebuah dataran yang cukup luas yang cukup untuk beberapa tenda.

                Dalam perjalanan ke Plawangan Sembalun inilah kami bertemu dengan rombongan Mas Mocka. Berawal dari saling mengeluh akibat melihat para porter yang seolah tak punya lelah, hingga saling bersahutan urusan menyemangati. Ngobrol-ngobrol, ternyata beliau sudah 3 kali ke Rinjani! Man! Di perjalanan menyusuri Bukit Sembilan inilah saya merasakan ada yang tak beres dengan keringat saya. Ya, keringat saya mulai tak berasa asin. Waduh, cepat-cepat saya bongkar logistic dan mulai minum air campur gula dan garam. Kata teman saya, efek dari kekurangan elektrolit akan membuat jadi kram dan hilang focus. Bahaya itu!

                Sekira pukul 16.00 sampailah kami di Plawangan Sembalun. Sempat tertinggal jauh saya karena harus membuat oralit dadakan itu hehe. Dari sini terlihat jelas Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari (2.376 mdpl). Di pos ini, terdapat sumber air yang berupa pancuran yang rasanya sangat segar. Namun untuk mencapainya memang butuh sedikit perjuangan. Akhirnya, bisa deh istirahat…

Day 3, 25-12-2014-à SUMMIT ATTACK!

                Tradisi muncak ketika hari besar umat lain ternyata masih saya tekuni. Jika saat Hari Ulang Tahun Kota Kembang ke Gunung Papandayan, ketika malam 1 sura ke Gunung Cikuray, kini saat natal kami pun malah menaklukkan puncak Sang Dewi.

                Dari hasil ngobrol dengan Mas Mocka, disepakati bahwa kami akan Summit Attack pada pukul 02.00 WITA. Karena normalnya waktu tempuh sekitar 5 jam. Walah! Maka tinggal siapkan nutrijell, air minum, tabung oksigen (jika Anda punya asma), stamina, niat, dan tak lupa: Alarm. Sebelum naik, pastikan tenda telah tertutup rapat karena banyak monyet dan “monyet”. Saat kami naik kemarin, ada satu rombongan yang kehilangan barang berharga, termasuk satu Keril Deuter SL 50+10 beserta isinya. Yang ini "monyet"-nya doyan duit sepertinya. Untunglah, Mas Mocka bersedia menjaga tenda kami. U,u thank you Maaaas :3

Sunset di Plawangan Sembalun

Idem

Ini Suhu kami, Mas Mocka

Awannya hilang

Jos

Jos

Ngobrol dulu sama ahlinya
Sang Suhu Mas Mocka

                Perjalanan dari Camp ke Puncak akan melewati jalur yang terjal dan berpasir. Kata si Madun sih memang tak seterjal Mahameru, namun yang pasti ini lebih menuntut kesabaran karena memang lebih jauh. Di sini, saya dengan keegoisan saya seperti biasa melaju terdepan. Dan satu pelajaran penting kenapa Summit Attack itu malam hari:

1.       Mendapat momen sunrise
2.       Agar tidak terlihat puncaknya, karena jika terlihat akan membuat pesimistis

Persiapan Summit Attack

Bersama rombongan lain

Iring-iringan headlamp

Sunrise! Telat eh, belum sampai puncak hehe

Lelah Cup?

Jos

Hap hap hap, naik!
3 langkah berhenti buat ambil napas

Masyaa Allah...

Edelweis di Puncak Rinjani

Idem

Yellboys!

Ucup

Saya

Madun, di antara bule dan porternya
Puncak
Aku cinta negeri ini!

Meski Syam adalah negeri yang diberkahi
Nusantara adalah negeri yang seolah 'surga'
Tuh jalan turunnya, jiper juga saya -_-
Nih ucapan buat adek saya

Punya si Ucup ini

Sebuah doa di atas gunung

Cakep bener Segara Anak dari puncak

Sikap Minangkabau merendah :)

Bercengkrama setelah lelah muncak

Sendiri dan sepi kadang adalah teman terbaik

Ternyata kami sampai pukul 06.00 WITA. Entah bagaimana di sini matahari terbit agak siangan, karena memang Lombok itu termasuk ujung barat daerah WITA. Dan inilah sholat shubuh tertinggi saya, secara harfiah paling dekat dengan Allah: di Puncak Rinjani! Juga paling siang ding -_-

Sekira satu jam foto, kami pun turun. Di sinilah saya mulai terlihat cupu. Fobia saya pada ketinggian membuat perjalanan turun terhambat hingga mencapai 2 jam lebih. Madun pun berujar,”Lengkap rombongan kita, kalau pas naik Ucup yang memperlambat. Kalau pus turun Heri yang memperlambat.” Dalam hati saya membatin,”Kalau urusan cewek, kau yang paling lambat Dun!” ^^V

*Padahal saya sendiri juga sangat awam urusan cewek :v

Satu hal yang kami syukuri adalah meskipun kami naik saat musim hujan, kami tetap bisa mendapat sunrise. Cerah sekali di atas, syukur Alhamdulillah…

        Baru ketika sampai di tenda hujan turun dengan lebat. Hari itu pun ditutup dengan istirahat tepar yang lama di tenda…


Estimasi waktu:

24-12-2014
08.00-08.15                         Camp ke Pos 1
08.15-09.30                         Pos 1 ke Pos 2
09.30-11.15                         Pos 2 ke Pos 3
11.15-12.30                 Ishoma, istirahat sholat masak di tengah-tengah jalan ke Plawangan Sembalun
12.30-16.30                         Ke Plawangan Sembalun

25-12-2014
02.00-06.00                         Plawangan Sembalun ke Puncak Rinjani
06.00-07.30                         Foto-foto
07.30-09.30                         Turun ke Plawangan Sembalun

Estimasi biaya

Rp 0,-                                    Duit kertas gak laku di alam yang sesungguhnya! Allahu akbar!

 Note: Ada beberapa foto summit yang jos, beserta "ucapan" dari puncak. Bentar, fotonya nunggu email dari Madun dulu hehe...

2 komentar: